SYDNEY, KOMPAS.com — Ini bukan skenario dalam film Snakes on a Plane,
tetapi dalam dunia nyata. Para penumpang jet komersial Qantas
menyaksikan dengan tercengang saat seekor ular piton sepanjang tiga
meter bergayut di luar pesawat mereka selama penerbangan.
Maskapai penerbangan Australia itu mengatakan, pesawat dari kota Cairns di Queensland ke Port Moresby, ibu kota Papua Niugini, lepas landas pada Kamis (10/1) dini hari dengan "penumpang gelap" terselip di sayap pesawat. "Ular itu terlihat para penumpang saat (pesawat) mencapai ketinggian jelajah," kata juru bicara Qantas kepada AFP. "Ular itu masih ada di pesawat ketika pesawat tiba di Port Moresby, tetapi dalam kondisi sudah mati."
Ketika para penumpang melihat ular itu di sayap, mereka menyaksikan reptil tersebut bergulat dalam perjuangan antara hidup dan mati guna mempertahankan cengkeramannya di pesawat di tengah angin dan suhu dingin ketinggian dalam perjalanan selama dua jam.
Seorang penumpang bernama Robert Weber mengatakan kepada Fairfax Media, Jumat, bahwa orang-orang di bagian depan pesawat tidak mengetahui keberadaan piton itu. Namun, orang-orang di bagian belakang "semuanya benar-benar terfokus pada ular itu dan bagaimana mungkin binatang itu telah naik ke pesawat".
Tidak seperti dalam film tahun 2006 Snakes on a Plane yang dibintangi Samuel L Jackson, reptil tersebut tidak memengaruhi penerbangan. "Tak ada ada kepanikan. Tidak ada yang mempertimbangkan bahwa mungkin ada yang lain di pesawat," kata Weber. Dia menambahkan, ular itu pada awalnya dalam posisi rapi, tetapi setelah angin mengenai ekornya, ular itu "langsung tersedot keluar" dan sejak itu binatang tersebut jadi tak punya harapan "dalam perjuangan hidup dan mati". "Saya sangat sedih karena hal itu," katanya.
Seorang ahli ular mengatakan, ular itu mungkin seekor piton semak, ular terpanjang di Australia dan lazim terdapat di Queensland utara.
Pihak Qantas mengatakan, mereka belum pernah mendengar hal seperti itu sebelumnya seraya menambahkan bahwa tidak ada jalan reptil bisa mengakses kabin.
Maskapai penerbangan Australia itu mengatakan, pesawat dari kota Cairns di Queensland ke Port Moresby, ibu kota Papua Niugini, lepas landas pada Kamis (10/1) dini hari dengan "penumpang gelap" terselip di sayap pesawat. "Ular itu terlihat para penumpang saat (pesawat) mencapai ketinggian jelajah," kata juru bicara Qantas kepada AFP. "Ular itu masih ada di pesawat ketika pesawat tiba di Port Moresby, tetapi dalam kondisi sudah mati."
Ketika para penumpang melihat ular itu di sayap, mereka menyaksikan reptil tersebut bergulat dalam perjuangan antara hidup dan mati guna mempertahankan cengkeramannya di pesawat di tengah angin dan suhu dingin ketinggian dalam perjalanan selama dua jam.
Seorang penumpang bernama Robert Weber mengatakan kepada Fairfax Media, Jumat, bahwa orang-orang di bagian depan pesawat tidak mengetahui keberadaan piton itu. Namun, orang-orang di bagian belakang "semuanya benar-benar terfokus pada ular itu dan bagaimana mungkin binatang itu telah naik ke pesawat".
Tidak seperti dalam film tahun 2006 Snakes on a Plane yang dibintangi Samuel L Jackson, reptil tersebut tidak memengaruhi penerbangan. "Tak ada ada kepanikan. Tidak ada yang mempertimbangkan bahwa mungkin ada yang lain di pesawat," kata Weber. Dia menambahkan, ular itu pada awalnya dalam posisi rapi, tetapi setelah angin mengenai ekornya, ular itu "langsung tersedot keluar" dan sejak itu binatang tersebut jadi tak punya harapan "dalam perjuangan hidup dan mati". "Saya sangat sedih karena hal itu," katanya.
Seorang ahli ular mengatakan, ular itu mungkin seekor piton semak, ular terpanjang di Australia dan lazim terdapat di Queensland utara.
Pihak Qantas mengatakan, mereka belum pernah mendengar hal seperti itu sebelumnya seraya menambahkan bahwa tidak ada jalan reptil bisa mengakses kabin.
Sumber :
AFP
Editor :
Egidius Patnistik
Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini.
Kirim Komentar Anda
Pembaca dapat mengirimkan komentar terkait artikel yang ditayangkan.
Isi komentar bukan merupakan pandangan, pendapat ataupun kebijakan
KOMPAS.com dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
Pembaca dapat melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. KOMPAS.com akan menimbang setiap laporan yang masuk dan dapat memutuskan untuk tetap menayangkan atau menghapus komentar tersebut.
KOMPAS.com berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
Jumat, 11/01/2013 08:20 WIB
Harapan Baru untuk Pengobatan Tuli
Kamis, 10/01/2013 22:59 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar